Fungsidan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah: a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan Yang Maha EsaIda Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada.
niluharikusumawatimenerbitkan Ajaran , Fungsi dan Manfaat Tantra, Yantra dan Mantra pada 2021-10-21. Bacalah versi online Ajaran , Fungsi dan Manfaat Tantra, Yantra dan Mantra tersebut. Download semua halaman 1-16.
Berikutnyaadalah Yantra yang terkait dengan 15 Nitya. HANUMAN YANTRA. Banyak digunakan oleh Aghoris untuk segala masalah kesehatan dan sebagai pelindung dari kekuatan negatif. MARUTI YANTRA YOGINI YANTRA. Mantra: oṁ aiṃ klīṃ śrīṃ hsauḥ catu ṣaṣṭayoginebhyo namaḥ
Search Tantra Shastra. Experience This product costs INR 250 I spent some of my most memorable time in India working with this science to understand it We at Vastu Tantra bring to you an unique and exclusive oppertunity to get hold of the vast and immense knowledge preserved by our ancestors in the form of the Chatur Vedas, Tantra's, Astrology,Yoga and Vastu shastra by our bloging site where
2 Jelaskan fungsi dan mnafaat Tantra, Yantra, dam Mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Agama Hindu! a. Fungsi dan manfaat Tantra Menyeimbangkan keaktifan semua chakra Memurnikan prana atau energi yang masuk ke dalam tubuh Membantu bangkitnya kemampuan dalam melihat dan merasakan energi yang halus, seperti: melihat aura, pancaran energi, dan chakra Merasakan peningkatan pengalaman
surat at taubah ayat 128 129 latin dan artinya. mantra? Jelaskan dan tuliskanlah pengalamanmu! 4. Manfaat apakah yang dapat dirasakan secara langsung dari usaha dan upaya untuk mengetahui ajaran tantra, yantra, dan mantra? Tuliskanlah pengalaman anda! 5. Amatilah lingkungan sekitar anda terkait dengan adanya pengamalan ajaran tantra, yantra, dan mantra guna mewujudkan tujuan hidup manusia dan tujuan agama Hindu, buatlah catatan seperlunya dan diskusikanlah dengan orang tuamu! Apakah yang terjadi? Buatlah narasinya 1–3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman –12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kwarto; 4-3-3-4! Dalam totalitas kehidupan manusia sebagai insan yang beragama dan berbudaya sangat membutuhkan tuntunan dan perlindungan dari Sang Penciptanya guna dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Ajaran agama dapat menuntun umat manusia untuk mewujudkan semuanya itu dengan baik dan damai. Tantra, Yantra, dan Mantra sebagai bagian dari ajaran agama memiliki kontribusi yang bermanfaat untuk mewujudkan semuanya itu oleh umat sedharma. Adapun fungsi dan manfaat ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu dapat dipaparkan sebagai berikut. 1. Tantra Menurut ajaran tantra disebutkan ada tiga urat saraf manusia yang paling penting, yaitu; Sushumna, Ida dan Pinggala. Keberadaannya dimulai dari muladhara chakra, yang bertempat didasar tulang belakang. Sushumna adalah yang paling penting dari semua saraf atau nadi. Urat saraf atau nadi manusia tidak kelihatan secara kasat mata karena bersifat sangat halus. Ia bergerak melalui jaringan pusat dari tulang belakang dan bergerak jauh sampai titik paling atas dari kepala. Ida dan Pinggala bergerak paralel dengan Sushumna di sebelah kiri dan kanan dari saraf tulang belakang. Ida dan Pinggala bertemu dengan sushumna di ajna chakra, titik yang terletak diantara alis mata. Mereka berpisah lagi dan mengalir melalui sisi kiri dan kanan hidung Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara total. Ia adalah agama dan juga filosofi, yang berkembang baik dalam Hinduisme maupun Buddhisme. Definisi tantra dijelaskan dalam kalimat ini; shasanat tarayet yastu sah shastrah parikirtitah, yang berarti” yang menyediakan petunjuk jelas memotong dan oleh karena itu menuntun ke jalan pembebasan spiritual dan pengikutnya disebut sastra.” Akar kata ”trae” diikuti oleh saffix “da” menjadi “tra” yang berarti “yang membebaskan”. Kita melihat penggunaan yang sama dari akar kata “tra” di dalam kata mantra. Definisi mantra adalah mamanat tarayet yastu sah mantrah parikirtitah” Suatu proses yang ketika diulang-ulang terus menerus di dalam pikiran, membawa pembebasan, disebut mantra. Beberapa sarjana mencoba membagi tantra menjadi dua bagian utama, yaitu “jalan kanan” dan “jalan kiri”. Bernet Kemper berpendapat, tantra “jalan kanan” menghindari praktek ekstrem, mencari-cari pengertian yang mendalam, dan pembebasan melalui asceticism harus dibedakan dari “jalan kiri” black magic dan ilmu sihir. Ia kemudian menegaskan, di dalam “jalan kanan”, bakti atau penyerahan diri memegang peranan yang berusaha keras untuk menguasai aspek-aspek kehidupan yang menggangu dan mengerikan seperti kematian dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut eksistensi dari kekuatan keraksasaan demonic “jalan kiri” membuat kontak langsung di tempat-tempat yang mengerikan seperti di pekuburan. Pandangan kalangan akademis ini sangat berbeda dengan pandangan dari praktisi tantra. Para praktisi tantra pada umumnya menolak pembagian tantra atas tantra positif dan negatif dan menekankan pada metode untuk mentransformasikan keinginan. Lama Thubten Yeshe, seorang praktisi Tibetan mengatakan tantra menggunakan energi dari khayalan seperti keterikatan kepada keinginan adalah sumber dari penderitaan dan oleh karena itu harus di atasi namun ia juga mengajarkan keahlian untuk menggunakan energi dari khayalan tersebut untuk memperdalam kesadaran kita hingga menghasilkan kemajuan spiritual. Seperti mereka yang dengan keahliannya mampu mengangkat racun tumbuh-tumbuhan dan menjadikan obat yang mujarab, seperti itu pula seorang yang ahli dan terlatih dalam praktek tantra, mampu memanipulasi energi keinginan bahkan kemarahan menjadi mapan. Ini sungguh-sungguh sangat mungkin dilakukan. Dalam arti tertentu tantra merupakan suatu teknik untuk mempercepat pencapaian tujuan agama atau realisi sang diri dengan menggunakan berbagai medium seperti mantra, yantra, mudra, mandala pemujaan terhadap berbagai Deva Devi termasuk pemujaan kepada makhluk setengah Deva dan mahluk-mahluk lain, meditasi dan berbagai cara pemujaan, serta praktek yoga yang kadang-kadang dihubungkan dengan hubungan seksual. Elemen-elemen tersebut terdapat dalam tantra Hindu maupun Buddha. Kesamaan teologi ini menjadi faktor penting yang memungkinkan tantra menjadi salah satu medium penyatuan antara Siwaisme dan Buddhisme di Indonesia. Hubungan seks dalam tantra, seperti diperkirakan oleh Dasgupta; merupakan penyimpangan dari konsep awal tantra. Konsep awal tantra meliputi elemen-elemen seperti yang disebutkan di atas, yakni; mantra, yantra, mudra dan yoga. Penyimpanan tersebut terjadi karena penggunaan “alat-alat praktis” dalam tantra Buddha yang berdasarkan prinsip-prinsip Mahayana dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan tertinggi baik tantra Hindu maupun Buddha, adalah tercapainya keadaan sempurna dengan penyatuan antara dua praktek serta merealisasikan sifat non dualis dari realitas tertinggi. Sarkar menyatakan hubungan seksual dalam tantra lebih diarahkan untuk mengontrol kekuatan alam dan bukan untuk mencapai kebebasan. Ia mengatakan secara umum tradisi Indonesia membagi tujuan hidup manusia menjadi dua; pragmatis dan idealistis. Mengontrol kekuatan alam adalah salah satu tujuan pragmatis. Hal ini biasanya dilakukan oleh raja yang mempraktikkan sistem kalacakrayana dalam usaha melindungi rakyatnya, memberikan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian. Di Indonesia dikenal ada tiga jenis tantra yaitu; Bhairava Heruka di Padang Lawas, Sumatra Barat; Bhairava kalacakra yang dipraktikkan oleh raja ketanegara dari Singasari dan Adtityawarman dari Sumatra yang sezaman dengan Gajah Mada di Majapahit; dan Bharavia Bhima di Bali. Arca Bharavia Bima terdapat di Pura Edan, Bedulu, Gianyar Bali. Menurut prasasti Palembang, Tantrayana masuk ke Indonesia melalui kerajaan Sriwijaya di Sumatra pada adab ke-7. Kalacakratantra memegang peranan penting dalam unifikasi siwaisme dan buddhaisme, karena dalam tantra ini Siwa dan Buddha, diunifikasikan menjadi siwa-buddha. Konsep Ardhanariswari memegang peranan yang sangat penting dalam Kalacakratantra. Kalacakratantra mencoba menjelaskan penciptaan dan kekuatan alam dengan penyatuan Devi Kali yang mengerikan, tidak hanya dengan Dhyani Buddha, melainkan juga dengan adi Buddha sendiri. Kalacakratantra mempunyai berbagai sebutan dalam sekta tantra yang lain seperti; Hewarja, Kalacakra, Acala, Cakra Sambara, Vajrabairava, Yamari, Candama harosama dan berbagai bentuk Heruka. Di dalam tantrayana ritual adalah elemen utama untuk merealisaikan kebenaran tertinggi. John Woodroffe mengatakan, ritual adalah sebuah seni keagamaan. Seni adalah bentuk luar materi sebagai ekspresi dari ide-ide yang berdasarkan intelektual dan dirasakan secara emosional. Seni ritual berhubungan dengan ekspresi ide-ide dan perasaan tersebut yang secara khusus disebut religius. Ini adalah suatu cara, dengan mana kebenaran religious ditampilkan, dan dapat dimengerti dalam bentuk material dan simbol-simbol oleh pikiran. Ini berhubungan dengan semua manifestasi alam dalam wujud keindahan, dimana untuk beberapa alasan, Tuhan memperlihatkan diri Beliau sendiri. Tetapi ini tidak terbatas hanya untuk tujuan itu semata-mata. Artinya, dengan seni religius sebagai alat pikiran yang ditransformasikan dan di sucikan. Sumber http//blog/ putrasanjaya/11-07-2012’ Gambar Patung Tantra Masab siwa-buddha dengan pengaruh khusus Kalacakratantra dapat dilihat pada peninggalan-peninggalan arkeologi seperti di Candi Jawi. Prapanca dalam Nagarakertagama Bab 56 ayat 1 dan 2 melukiskan monumen ini dengan sangat indah. Bagian bawah candi yaitu bagian dasar dan bagian badan candi adalah Siwaitis dan bagian atas atau atap, adalah buddhistis, sebab di dalam kamar terdapat arca Siva dan diatasnya di langit-langit terdapat sebuah arca Aksobhya. Inilah alasannya mengapa Candi Jawi sangat tinggi dan oleh karena itu disebut sebuah Kirthi. Dalam tantra Hindu prinsip metafisik Siwa-Shakti dimanifestasikan di dunia material ini dalam wujud laki dan perempuan sedangkan dalam tantra Buddha pola sejenis diikuti dimana prinsip-prinsip metaffisik Prajna dan Upaya termanifestasikan dalam wujud perempuan dan laki-laki. Tujuan tertinggi dari kedua masab tantra ini adalah penyatuan sempurna yaitu penyatuan antara dua aspek dari realitas dan realisasi dari sifat-sirat non-dualis dari roh dan non-roh. 2. Yantra. Fungsi dan manfaat Yantra, dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Simbol sesuatu yang dihormati/dipuja. b. Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya. c. Media memusatkan pikiran. Yantra adalah bentuk “niyasa” symbol, pengganti yang sebenarnya yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, seperti misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain. Setiap yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada yantra tersebut mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda sehingga bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern. Yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau seperti sebuah perhiasan tertentu. Bentuk yantra sudah disesuaikan dengan kebutuhan si pemakainya. Dengan berkembangnya zaman seperti sekarang ini, banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. Memang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya. Dengan kedekatan itu, maka antara energi yang ada dalam yantra dan energi si pemakai menjadi saling menyesesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus mempengaruhi 3. Mantra. Berdasarkan sumbernya “weda” ada bermacam-macam jenis mantra yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan Puraṇik mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Śāttvika mantra mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, Rājasika mantra mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu, Tāmasika mantra mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam. Disamping itu mantra juga dapat diklasifikasikan menjadi sebutan antara lain Mantra yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru Mantra Diksa; Stotra doa-doa kepada para dewata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya; Kāvaca Mantra mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan. Umat Hindu percaya bahwa kehidupan ini diliputi dan diresapi oleh mantra. Semua mahluk, apakah seorang petani atau seorang Raja, semuanya diatur oleh mantra. Adapun arti dan makna sebuah mantra adalah utuk mengembangkan sebuah kekuatan supranpada diri manusia; “Pikiran yang luar biasa dapat muncul dari kelahiran, obat-obatan, mantra-mantra, pertapaan dan kontemplasi keDewataan Yoga Sutra Berdasarkan hal tersebut, maka mantra adalah ucapan yang luar biasa yang dapat mengikat pikiran. Adapun makna mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai berikut a. Untuk mencapai kebebasan; b. Memuja manifestasi Tuhan yang Maha Esa; c. Memuja para dewata dan roh-roh; d. Berkomunikasi dengan para Deva; g. Berkomunikasi dengan roh-roh dan hantu-hantu; h. Mencegah pengaruh negatif; i. Mengusir roh-roh jahat; j. Mengobati penyakit; k. Mempersiapkan air yang dapat menyembuhkan air suci; l. Menghancurkan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan manusia; m. Menetralkan pengaruh bisa atau racun dalam tubuh manusia; n. Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan; o. Mengontrol manusia, binatang-binatang buas, Deva-Deva dan roh-roh jahat; p. Menyucikan badan manusia Majumar, 1952, 606. Fungsi dan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada. Kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci weda’ b. Memohon kesucian. Tuhan Yang Maha Esa bersifat mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. Orang yang memiliki kesucian hati mencapai surga dan bila ia berpikiran jernih dan suci maka kesucian akan mengelilinginya. Kesucian atau hidup suci diamanatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. c. Memohon keselamatan. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya dalam kitab suci menjadi kewajiban umat sedharma. Keselamatan dalam hidup ini merupakan sesuatu yang sangat penting. menjadi lebih baik. Tuhan Yang Maha Esa , pengasih dan penyayang selalu menganugerahkan pertolongan kepada orang-orang-Nya. Orang-orang yang bijaksana sesudah kematiannya memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang sejati. d. Memohon Pencerahan dan kebijakan. Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, seperti Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat dipahami; Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari Paroksa Mantra. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini; Pratyāksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Paroksa Mantra dan Adyatmika Mantra. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketazaman pikiran dan indra. e. Melestarikan ajaran “Dharma”. Sumber ajaran agama Hindu adalah Weda. Weda adalah wahyu Tuhan yang diterima oleh para maharsi baik secara langsung, maupun berdasarkan ingatannya. Diyakini bahwa pada awalnya weda diajarkan secara lisan, hal ini memungkinkan karena pada saat itu manusia masih mempolakan dirinya secara sederhana dan polos. Setelah kebudayaan manusia semakin berkembang, peralatan tulis-menulis telah ditemukan maka berbagai jenis mantra yang sudah ada dan yang baru diterima dituliskan secara baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut Varnātmaka Sabda, yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang diucapkan disebut Dhvanyātma Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari pikiran melalui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan keperluan, kemampuan serta motif pelaksana. Uji Kompetensi
MUTIARAHINDU - Dalam totalitas kehidupan manusia sebagai insan yang beragama dan berbudaya sangat membutuhkan tuntunan dan perlindungan dari Sang Penciptanya guna dapat meujudkan cita-cita hidupnya. Ajaran agama dapat menuntun umat manusia untuk mewujudkan semuanya itu dengan baik dan damai. Tantra, Yantra, dan Mantra sebagai bagian dari ajaran agama memiliki kontribusi yang bermanfaat untuk mewujudkan semuanya itu oleh umat sedharma. Photo; laddu_gopal_sofa Adapun fungsi dan manfaat ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu dapat dipaparkan sebagai berikut; 1. Tantra Menurut ajaran tantra disebutkan ada tiga urat saraf manusia yang paling penting, yaitu; Sushumna, Ida dan Pinggala. Keberadaannya dimulai dari muladhara chakra, yang bertempat didasar tulang belakang. Sushumna adalah yang paling penting dari semua saraf atau nadi. Urat saraf atau nadi manusia tidak kelihatan secara kasat mata karena bersifat sangat halus. Ia bergerak melalui jaringan pusat dari tulang belakang dan bergerak jauh sampai titik paling atas dari kepala. Ida dan Pinggala bergerak paralel dengan Sushumna di sebelah kiri dan kanan dari saraf tulang belakang. Ida dan Pinggala bertemu dengan sushumna di ajna chakra, titik yang terletak diantara alis mata Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015183. Mereka berpisah lagi dan mengalir melalui sisi kiri dan kanan hidung Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara total. Ia adalah agama dan juga philosopy, yang berkembang baik dalam Hinduisme maupun Budhisme. Definisi tantra dijelaskan dalam kaliamat ini; shasanat tarayet yastu sah shastrah parikirtitah, yang berarti” yang menyediakan petunjuk jelas memotong dan oleh karena itu menuntun ke jalan pembebasan spiritual dan pengikutnya disebut sastra”. Akar Kata ”trae” diikuti oleh saffix “da” menjadi “tra” yang berarti “yang membebaskan”. Kita melihat penggunaan yang sama dari akar kata “tra” Di dalam kata mantra. Definisi mantra adalah mamanat tarayet yastu sah mantrah parikirtitah”Suatu proses yang ketika diulang-ulang terus menerus di dalam pikiran, membawa pembebasan, disebut mantra. Beberapa sarjana mencoba membagi tantra menjadi dua bagian utama, yaitu “jalan kanan” dan “ jalan kiri”. Bernet Kemper berpendapat, tantra “jalan kanan” menghindari praktek ekstrem, mencari-cari pengertian yang mendalam, dan pembebasan melalui asceticism harus dibedakan dari “jalan kiri”black magic dan ilmu sihir. Ia kemudian menegaskan, di dalam “jalan kanan”, bhakti atau penyerahan diri memegang peranan yang sangat penting. Lebih dari itu, bhakti cenderung menolak dunia material. Sedangkan “jalan kiri” mempunyai kecenderungan yang sangat berbeda. Ia berusaha keras untuk menguasai aspek-aspek kehidupan yang menggangu dan mengerikan seperti kematian dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut eksistensi dari kekuatan keraksasaan demonic “jalan kiri” membuat kontak langsung di tempat-tempat yang mengerikan seperti di pekuburan. Pandangan kalangan akademis ini sangat berbeda dengan pandangan dari praktisi tantra. Para praktisi tantra pada umumnya menolak pembagian tantra atas tantra positif dan negatif dan menekankan pada metode untuk mentransformasoikan keinginan. Lama Thubten Yeshe, seorang praktisi tibetan mengatakan tantra menggunakan energi dari khyalan seperti keterikatan kepada keinginan adalah sumber dari penderitaan dan oleh karena itu harus di atasi namun ia juga mengajarkan keahlian untuk menggunakan energi dari khayalan tersebut untuk memperdalam kesadaran kita hingga mengahasilkan kemajuan spiritual. Seperti mereka yang dengan keahliannya mampu mengangkat racun tumbuh-tumbuhan dan menjadikan obat yang mujarab, seperti itu pula seorang yang ahli dan terlatih dalam praktek tantra, mampu memanipulasi energi keinginan bahkan kemarahan menjadi mapan. Ini sungguh-sungguh sangat mungkin dilakukan Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015184. Dalam arti tertentu tantra merupakan suatu teknik untuk mempercepat pencapaian tujuan agama atau realisi sang diri dengan menggunakan berbagai medium seperti mantra, yantra, mudra, mandala pemujaan terhadap berbagai Deva-Devi termasuk pemujaan kepada mahluk setengah Deva dan mahluk- mahluk lain, meditasi dan berbagai cara pemujaan, serta praktek yoga yang kadang-kadang dihubungkan dengan hubungan seksual. Elemen-elemen tersebut terdapat dalam tantra Hindu maupun Buddha. Kesamaan teologi ini menjadi faktor penting yang memungkinkan tantra menjadi salah satu medium penyatuan antara Sivaisme dan Buddhisme di Indonesia. Hubungan seksual dalam tantra, seperti dinyatakan oleh Dasgupta; merupakan penyimpangan dari konsep awal tantra. Konsep awal tantra meliputi elemen-elemen seperti yang disebutkan di atas, yakni; mantra, yantra, mudra dan yoga. Penyimpanan tersebut terjadi karena pnggunaan “alat-alat praktis” dalam tantra Buddha yang berdasarkan prinsip-prinsip Mahayana dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan tertinggi baik tantra Hindu maupun Buddha, adalah tercapainya keadaan sempurna dengan penyatuan antara dua praktek serta merealisasikan sifat non dualis dari realitas tertinggi. Sarkar menyatakan hubungan seksual dalam tantra lebih diarahkan untuk mengontrol kekuatan alam dan bukan untuk mencapai kebebasan. Ia mengatakan secara umum tradisi Indonesia membagi tujuan hidup manusia menjadi dua; pragmatis dan Idealistis. Mengontrol kekuatan alam adalah salah satu tujuan pragmatis. Hal ini biasanya dilakukan oleh raja yang mempraktikan sistem kalacakrayana dalam usaha melindungi rakyatnya, memberikan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian. Di Indonesia dikenal ada tiga jenis tantra yaitu; Bhairava Heruka di Padang Lawas, Sumatera Barat; Bhairava Kalacakra yang dipraktikkan oleh Raja Kertanegara dari Singasari dan Adtityavarman dari Sumatera yang se- zaman dengan Gajah Mada di Majapahit; dan Bharavia Bhima di Bali. Arca Bharavia Bima terdapat di Pura Edan, Bedulu, Gianyar Bali. Menurut prasasti Palembang, Tantrayana masuk ke Indonesia melalui kerajaan Srivijaya di Sumatera pada adab ke-7. Kalacakratantra memegang peranan penting dalam unifikasi Sivaisme dan Buddhaisme, karena dalam tantra ini Siva dan Buddha, diunifikasikan menjadi Siva-budha. Konsep Ardhanarisvari memegang peranan yang sangat penting dalam Kalacakratantra. Kalacakratantra mencoba menjelaskan penciptaan dan kekuatan alam dengan penyatuan Devi Kali yang mengerikan, tidak hanya dengan Dhyani Buddha, melainkan juga dengan adi Buddha sendiri. Kalacakratantra mempunyai berbagai nama dalam sekta tantra yang lain seperti; Hewarja, Kalacakra, Acala, Cakra Sambara, Vajrabairava, Yamari, Candama harosama dan berbagai bentuk Heruka Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015185. Di dalam tantrayana ritual adalah elemen utama untuk merealisaikan kebenaran Tertinggi. John Woodroffe mengatakan, ritual adalah sebuah seni keagamaan. Seni adalah bentuk luar materi sebagai ekspresi dari ide-ide yang berdasarkan intelektual dan dirasakan secara emosional. Seni ritual berhubungan dengan ekspresi ide-ide dan perasaan tersebut yang secara khusus disebut religius. Sebagai suatu cara, mana kebenaran religius ditampilkan, dan dapat dimengerti dalam bentuk material dan simbol-simbol oleh pikiran. Ini berhubungan dengan semua manifestasi alam dalam wujud keindahan, dimana untuk beberapa alasan, Tuhan memperlihatkan diri Beliau sendiri. Tetapi ini tidak terbatas hanya untuk tujuan itu semata-mata. Artinya, dengan seni religius sebagai alat pikiran yang ditransformasikan dan di sucikan. Masab siva-buddha dengan pengaruh khusus Kalacakratantra dapat dilihat pada peninggalan-peninggalan arkeologi seperti di Candi Jawi. Prapanca dalam Nagarakertagama Bab 56 ayat 1 dan 2 melukiskan monumen ini dengan sangat indah. Bagian bawah Candi yaitu bagian dasar dan bagian badan candi adalah Sivaitis dan bagian atas atau atap, adalah Buddhistis, sebab di dalam kamar terdapat Arca Siva dan di atasnya di langit-langit terdapat sebuah Arca Aksobhya. Inilah alasannya mengapa Candi Jawi sangat tinggi dan oleh karena itu disebut sebuah Kirthi. Dalam tantra Hindu prinsip metafisika Siva-Shakti dimanifestasikan di dunia material ini dalam wujud laki-laki dan perempuan sedangkan dalam tantra Buddha pola sama diikuti dimana prinsip-prinsip metaphisik Prajna dan Upaya termanifestasikan dalam wujud perempuan dan laki-laki. Tujuan tertinggi dari kedua masab tantra ini adalah penyatuan sempurna yaitu penyatuan antara dua aspek dari realitas dan realisasi dari sifat-sirat non-dualis dari roh dan non-roh. 2. Yantra Fungsi dan manfaat Yantra, dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Simbol sesuatu yang dihormati/dipuja. b. Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya. c. Media memusatkan pikiran. Yantra adalah bentuk “niyasa” simbol, pengganti yang sebenarnya yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, seperti misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain. Setiap yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada yantra tersebut mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda sehingga bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern. Yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau seperti sebuah perhiasan tertentu Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015186. Bentuk yantra sudah disesuaikan dengan kebutuhan si pemakainya. Dengan berkembangnya zaman seperti sekarang ini, banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. Memang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya. Dengan kedekatan itu, maka energi yang ada dalam yantra dan energi si pemakai menjadi saling menyesesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya. 3. Mantra Berdasarkan sumbernya “veda” ada bermacam-macam jenis mantra yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan Puraóik mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; ÅšÄttvika mantra mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, RÄjasika mantra mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu, TÄmasika mantra mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam. Disamping itu mantra juga dapat diklasifikasikan menjadi sebutan antara lain Mantra yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru Mantra Diksa; Stotra doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya; KÄvaca Mantra mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan. Umat Hindu percaya bahwa kehidupan ini diliputi dan diresapi oleh mantra. Semua mahluk, apakah seorang petani atau seorang raja, semuanya diatur oleh mantra. Adapun arti dan makna sebuah mantra adalah utuk mengembangkan sebuah kekuatan Supranpada diri manusia; “Pikiran yang luar biasa dapat muncul dari kelahiran, obat-obatan, mantra-mantra, pertapaan dan kontemplasi ke Devataan Yoga Sutra berdasarkan hal tersebut, maka mantra adalah ucapan yang luar biasa yang dapat mengikat pikiran Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015187. Adapun makna mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai berikut a. Untuk mencapai kebebasan; b. Memuja manifestasi Tuhan yang Maha Esa; c. Memuja para devata dan roh-roh; d. Berkomunikasi dengan para Deva; e. Memperoleh tenaga dari manusia super Purusottama; f. Menyampaikan persembahan kepada roh leluhur dan para devata; g. Berkomunikasi dengan roh-roh dan hantu-hantu; h. Mencegah pengaruh negatif; i. Mengusir roh-roh jahat; j. Mengobati penyakit; k. Mempersiapkan air yang dapat menyembuhkan air suci; l. Menghancurkan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan manusia; m. Menetralkan pengaruh bisa atau racun dalam tubuh manusia; n. Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan; o. Mengontrol manusia, binatang-binatang buas, Deva-Deva dan roh-roh jahat; p. Menyucikan badan manusia Majumar, 1952, 606. Fungsi dan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada. Kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci veda’. b. Memohon kesucian. Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. Orang yang memiliki kesucian hati mencapai surga dan bila ia berpikiran jernih dan suci maka kesucian akan mengelilinginya. Kesucian atau hidup suci diamanatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015188. c. Memohon keselamatan. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya dalam kitab suci menjadi kewajiban umat sedharma. Keselamatan dalam hidup ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam keadaan selamat kita dapat melaksanakan pengabdian hidup ini menjadi lebih baik. Tuhan Yang Maha Esa , pengasih dan penyayang selalu menganugerahkan pertolongan kepada orang-orang-Nya. Orang- orang yang bijaksana sesudah kematiannya memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang sejati. d. Memohon Pencerahan dan kebijakan. Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, seperti Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat dipahami; Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari Paroksa Mantra. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini; PratyÄksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Paroksa Mantra dan Adyatmika Mantra. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya. e. Melestarikan ajaran “dharma”. Sumber ajaran Agama Hindu adalah Veda. Veda adalah wahyu Tuhan yang diterima oleh para Maharsi baik secara langsung, maupun berdasarkan ingatannya. Diyakini bahwa pada awalnya veda diajarkan secara lisan, hal ini memungkinkan karena pada saat itu manusia masih mempolakan dirinya secara sederhana dan polos. Setelah kebudayaan manusia semakin berkembang, peralatan tulis-menulis telah ditemukan maka berbagai jenis mantra yang sudah ada dan yang baru diterima dituliskan secara baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut VarnÄtmaka Sabda, yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang diucapkan disebut DhvanyÄtma Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari pikiran melaui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan keperluan, kemampuan serta motif pelaksana Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015189. Renungan “Om Adityasya paramjyotir rakta tejo namo stute, cweta pankaja madhyasthe bhaskaraya namo stute.” Terjemahan Ya Tuhan, hamba memuja-Mu dalam perwujudan sinar suci yang merah cemerlang berkilauan cahaya-Mu, Engkau putih suci, bersemayam di tengah- tengah laksana teratai, Engkaulah sumber cahaya yang hamba puja. Referensi Ngurah Dwaja, I Gusti dan Mudana, I Nengah. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Sumber Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas XII Kontributor Naskah I Gusti Ngurah Dwaja dan I Nengah Mudana Penelaah I Made Suparta, I Made Sutresna, dan I Wayan Budi Utama Penyelia Penerbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Cetakan Ke-1, 2015
Home Pendidikan Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 185 Deva-Devi termasuk pemujaan kepada mahluk setengah Deva dan mahluk- mahluk lain, meditasi dan berbagai cara pemujaan, serta praktek yoga yang kadang-kadang dihubungkan dengan hubungan seksual. Elemen-elemen tersebut terdapat dalam tantra Hindu maupun Buddha. Kesamaan teologi ini menjadi faktor penting yang memungkinkan tantra menjadi salah satu medium penyatuan antara Sivaisme dan Buddhisme di Indonesia. Hubungan seksual dalam tantra, seperti dinyatakan oleh Dasgupta; merupakan penyimpangan dari konsep awal tantra. Konsep awal tantra meliputi elemen-elemen seperti yang disebutkan di atas, yakni; mantra, yantra, mudra dan yoga. Penyimpanan tersebut terjadi karena pnggunaan “alat-alat praktis” dalam tantra Buddha yang berdasarkan prinsip-prinsip Mahayana dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan tertinggi baik tantra Hindu maupun Buddha, adalah tercapainya keadaan sempurna dengan penyatuan antara dua praktek serta merealisasikan sifat non dualis dari realitas tertinggi. Sarkar menyatakan hubungan seksual dalam tantra lebih diarahkan untuk mengontrol kekuatan alam dan bukan untuk mencapai kebebasan. Ia mengatakan secara umum tradisi Indonesia membagi tujuan hidup manusia menjadi dua; pragmatis dan Idealistis. Mengontrol kekuatan alam adalah salah satu tujuan pragmatis. Hal ini biasanya dilakukan oleh raja yang mempraktikan sistem kalacakrayana dalam usaha melindungi rakyatnya, memberikan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian. Di Indonesia dikenal ada tiga jenis tantra yaitu; Bhairava Heruka di Padang Lawas, Sumatera Barat; Bhairava Kalacakra yang dipraktikkan oleh Raja Kertanegara dari Singasari dan Adtityavarman dari Sumatera yang se- zaman dengan Gajah Mada di Majapahit; dan Bharavia Bhima di Bali. Arca Bharavia Bima terdapat di Pura Edan, Bedulu, Gianyar Bali. Menurut prasasti Palembang, Tantrayana masuk ke Indonesia melalui kerajaan Srivijaya di Sumatera pada adab ke-7. Kalacakratantra memegang peranan penting dalam unifikasi Sivaisme dan Buddhaisme, karena dalam tantra ini Siva dan Buddha, diunifikasikan menjadi Siva-budha. Konsep Ardhanarisvari memegang peranan yang sangat penting dalam Kalacakratantra. Kalacakratantra mencoba menjelaskan penciptaan dan kekuatan alam dengan penyatuan Devi Kali yang mengerikan, tidak hanya dengan Dhyani Buddha, melainkan juga dengan adi Buddha sendiri. Kalacakratantra mempunyai berbagai nama dalam sekta tantra yang lain seperti; Hewarja, Kalacakra, Acala, Cakra Sambara, Vajrabairava, Yamari, Candama harosama dan berbagai bentuk Heruka. Di dalam tantrayana ritual adalah elemen utama untuk merealisaikan kebenaran Tertinggi. John Woodroffe mengatakan, ritual adalah sebuah seni keagamaan. Seni adalah bentuk luar materi sebagai ekspresi dari ide-ide yang berdasarkan 186 Kelas XII SMA Semester 1 intelektual dan dirasakan secara emosional. Seni ritual berhubungan dengan ekspresi ide-ide dan perasaan tersebut yang secara khusus disebut religius. Sebagai suatu cara, mana kebenaran religius ditampilkan, dan dapat dimengerti dalam bentuk material dan simbol-simbol oleh pikiran. Ini berhubungan dengan semua manifestasi alam dalam wujud keindahan, dimana untuk beberapa alasan, Tuhan memperlihatkan diri Beliau sendiri. Tetapi ini tidak terbatas hanya untuk tujuan itu semata-mata. Artinya, dengan seni religius sebagai alat pikiran yang ditransformasikan dan di sucikan. Masab siva-buddha dengan pengaruh khusus Kalacakratantra dapat dilihat pada peninggalan-peninggalan arkeologi seperti di Candi Jawi. Prapanca dalam Nagarakertagama Bab 56 ayat 1 dan 2 melukiskan monumen ini dengan sangat indah. Bagian bawah Candi yaitu bagian dasar dan bagian badan candi adalah Sivaitis dan bagian atas atau atap, adalah Buddhistis, sebab di dalam kamar terdapat Arca Siva dan di atasnya di langit-langit terdapat sebuah Arca Aksobhya. Inilah alasannya mengapa Candi Jawi sangat tinggi dan oleh karena itu disebut sebuah Kirthi. Dalam tantra Hindu prinsip metaisika Siva-Shakti dimanifestasikan di dunia material ini dalam wujud laki-laki dan perempuan sedangkan dalam tantra Buddha pola sama diikuti dimana prinsip-prinsip metaphisik Prajna dan Upaya termanifestasikan dalam wujud perempuan dan laki-laki. Tujuan tertinggi dari kedua masab tantra ini adalah penyatuan sempurna yaitu penyatuan antara dua aspek dari realitas dan realisasi dari sifat-sirat non-dualis dari roh dan non-roh. 2. Yantra Fungsi dan manfaat Yantra, dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Simbol sesuatu yang dihormatidipuja. b. Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya. c. Media memusatkan pikiran. Yantra adalah bentuk “niyasa” simbol, pengganti yang sebenarnya yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, seperti misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain. Setiap yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada yantra tersebut mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda sehingga bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern. Yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau seperti sebuah perhiasan tertentu. Bentuk yantra sudah disesuaikan dengan kebutuhan Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 187 si pemakainya. Dengan berkembangnya zaman seperti sekarang ini, banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. Memang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya. Dengan kedekatan itu, maka energi yang ada dalam yantra dan energi si pemakai menjadi saling menyesesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya. 3. Mantra Berdasarkan sumbernya “veda” ada bermacam-macam jenis mantra yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan Puraóik mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Śāttvika mantra mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, R ājasika mantra mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu, T āmasika mantra mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnyaVama margaIlmu Hitam. Disamping itu mantra juga dapat diklasifikasikan menjadi sebutan antara lain Mantra yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru Mantra Diksa; Stotra doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya; K āvaca Mantra mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan. Umat Hindu percaya bahwa kehidupan ini diliputi dan diresapi oleh mantra. Semua mahluk, apakah seorang petani atau seorang raja, semuanya diatur oleh mantra. Adapun arti dan makna sebuah mantra adalah utuk mengembangkan sebuah kekuatan Supranpada diri manusia; “Pikiran yang luar biasa dapat muncul dari kelahiran, obat-obatan, mantra-mantra, pertapaan dan kontemplasi ke Devataan Yoga Sutra berdasarkan hal tersebut, maka mantra adalah ucapan yang luar biasa yang dapat mengikat pikiran. Adapun makna mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai berikut 188 Kelas XII SMA Semester 1 a. Untuk mencapai kebebasan; b. Memuja manifestasi Tuhan yang Maha Esa; c. Memuja para devata dan roh-roh; d. Berkomunikasi dengan para Deva; e. Memperoleh tenaga dari manusia super Purusottama; f. Menyampaikan persembahan kepada roh leluhur dan para devata; g. Berkomunikasi dengan roh-roh dan hantu-hantu; h. Mencegah pengaruh negatif; i. Mengusir roh-roh jahat; j. Mengobati penyakit; k. Mempersiapkan air yang dapat menyembuhkan air suci; l. Menghancurkan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan manusia; m. Menetralkan pengaruh bisa atau racun dalam tubuh manusia; n. Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan; o. Mengontrol manusia, binatang-binatang buas, Deva-Deva dan roh-roh jahat; p. Menyucikan badan manusia Majumar, 1952, 606. Fungsi dan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan Yang Maha EsaIda Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada. Kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci veda’ b. Memohon kesucian. Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. Orang yang memiliki kesucian hati mencapai surga dan bila ia berpikiran jernih dan suci maka kesucian akan mengelilinginya. Kesucian atau hidup suci diamanatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Perenungan. Niyataý kuru karma tvaý karma jyàyo hyakarmaóaá, sarira-yàtràpi ca te na prasiddhayed akarmaóaá. Terjemahan Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab berbuat lebih baik daripada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya Bhagawadgita, Dalam melaksanakan puja bakti kepada Brahman, umat Hindu diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan bentuk Śraddhā tersebut. Secara umum bentuk Bakti umat Hindu dapat dilakukan dengan melibatkan aspek yantra, tantra, mantra, yajña, dan yoga. Yantra adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. Tantra adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Mantra adalah doa-doa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita, pandita sesuai dengan kewenangan dan tingkatannya. Ketiga aspek itu dilaksanakan secara terpadu dengan berbasiskan “ketulus-ikhlasan” sehingga membangun satu aktifitas yang disebut yajña. Yajña yaitu persembahan yang tulus ikhlas atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan sehingga dapat meningkatkan kesucian. Jika hal ini dilaksanakan secara intens maka akan mempengaruhi gelombang-gelombang pikiran menjadi stabil dan kuat. Dan Yoga adalah mengendalikan gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Tuhan, yang dapat dilakukan melalui Astangga Yoga yama, niyama, asana, pranayama, prathyahara, dharana, dhyana, dan samadhi Titib, I Made. 2003. Hindu mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat, dalam hidup ini berbuat jauh lebih baik dari pada sama sekali tidak berbuat karma. Bagaimana manfaat ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra dalam agama Hindu? Carilah dan atau buatlah artikel tentang ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra, selanjutnya diskusikanlah di kelas-mu! 1. Tantra Kata tantra berasal dari bahasa Sanekerta yang memiliki makna “memperluas”. Tantra merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya sehingga memiliki keinginan untuk mendapatkan kesaktian. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 20031141 menjelaskan tantra tantrisme’ adalah ajaran dalam agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis. Mistik dapat dipahami sebagai eksistensi tertinggi kesadaran manusia, di mana ragam perbedaan “kulit” akan lenyap, eksistensi melebur ke dalam kesatuan mutlak hal ikhwal, nilai universalitas, alam kesejatian hidup, atau ketiadaan. Kesadaran tertinggi ini terletak di dalam batin atau rohaniah, mempengaruhi perilaku batiniah bawa seseorang, dan selanjutnya mewarnai pola pikirnya. Atau sebaliknya, pola pikir telah dijiwai oleh nilai mistikisme yakni eksistensi kesadaran batin. Meskipun demikian, eksistensi mistik yang sesungguhnya tidaklah berhenti pada perilaku batin bawa saja, lebih utama adalah perilaku jasad solah. Artinya, mistik bukanlah sekedar teori namun lebih ke arah manifestasi atau mempraktikkan perilaku batin ke dalam aktivitas hidup sehari-harinya dalam berhubungan dengan sesama manusia dan makhluk lainnya. Diantara kita tentu ada yang tidak ingin menjadi seorang agamis, yang hanya terpaku pada simbol-simbol agama berupa penampilan fisik, jenis pakaian, cara bicara, bahasa, gerak-gerik, bau minyak wanginya. Ada baiknya diantara kita menjadi seorang praktisi penghayat akan teori-teori agama sehingga tidak hanya pintar berbicara. Hal itu menjadi hak setiap orang untuk memilih, masing-masing tentu akan membawa dampak yang berbeda-beda. Damarjati Supadjar, mengemukakan bahwa ciri-ciri mistikisme adalah sebagai berikut Mistikisme adalah persoalan praktik; Secara keseluruhan, mistikisme adalah aktivitas spiritual; Jalan dan metode mistikisme adalah cinta kasih sayang; Mistikisme menghasilkan pengalaman psikologis yang nyata; dan Mistikisme sejati tidak mementingkan diri sendiri. Sumber www Jika kita cermati dari kelima ciri mistikisme di atas dapat ditarik benang merah bahwa mistik berbeda dengan sikap klenik, gugon tuhon, bodoh, puritan, irasional. Sebaliknya mistik merupakan tindakan atau perbuatan yang adiluhung, penuh keindahan, atas dasar dorongan dari budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Mistik sarat akan pengalaman-pengalaman spiritual. Yakni bentuk pengalaman-pengalaman halus, terjadi sinkronisasi antara logika rasio dengan logika batin. Pelaku mistik dapat memahami fenomena atau eksistensi di luar diri gaib sebagai kenyataan yang logis atau masuk akal. Sebab akal telah mendapat informasi secara runtut, juga memahami rumus-rumus yang terjadi di alam gaib. Subramuniyaswami, Satguru Úivaya 1997, mengatakan bahwa “Tantra adalah bagian dari çaktisme, yaitu pemujaan kepada Ibu semesta. Dalam proses pemujaannya, para pemuja çakta’ tersebut menggunakan mantra, yantra, tantra, yoga, dan puja serta melibatkan kekuatan alam semesta dan membangkitkan kekuatan kundalini.” Disebut çaktiisme karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah çakti. Çakti dilukiskan sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. “Çakti is the symbol of bala or strength” Çakti adalah simbol dari bala atau kekuatan. Pada sisi lain çakti juga disamakan dengan energi atau kala ”this sakti or energi is also regarded as Kala’ or time” Das Gupta, 1955. Terdapat berbagai definisi Tantra yang berasal dari sudut pandang yang berbeda. Sayangnya diantara berbagai definisi itu tidak selalu konsisten antara yang satu dengan yang lainnya. Tantra merupakan ajaran filosofis yang pada umumnya mengajarkan pemujaan kepada çakti sebagai obyek utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai permainan atau kegiatan rohani dari çakti dan Úiwa. Tantra adalah cabang dari agama Hindu. Ajaran tantra mengacu kepada kitab-kitab yang pada umumnya berhubungan dengan pemujaan kepada çakti Ibu semesta; Devi Durga, Devi Kali, Parwati, Laksmi, dan sebagainya, sebagai aspek Tuhan yang tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual dan bentuk-bentuk ritual pemujaan, yang bertujuan membebaskan seseorang dari kebodohan, dan mencapai pembebasan. Dengan demikian tantrisme lebih sering dinyatakan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada bentuk çakti yang berisi tentang tata cara upacara keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang ditemukan dalam percakapan antara Deva Siwa dan Devi Parwati. Tantra bukan merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu koheren, tantra merupakan akumulasi dari berbagai praktek dan gagasan yang memiliki ciri utama penggunaan ritual, ditandai dengan pemanfaatan sesuatu yang bersifat duniawi, untuk menggapai dan mencapai sesuatu yang bersifat rohani, serta penyamaan atau pengidentikan antara unsur mikrokosmos dengan unsur makrokosmos. Praktisi tantra memanfaatkan prana energi semesta yang mengalir di seluruh alam semesta termasuk dalam badan manusia untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu bisa berupa tujuan material, bisa pula tujuan spiritual, atau gabungan keduanya. Para penganut tantra meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan suatu keharusan yang menjamin keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra. Beberapa jenis tantra membutuhkan kehadiran seorang guru yang mahir untuk membimbing kemajuan siswa tantra. Tantra dalam perkembangannya sering menggunakan simbol-simbol material termasuk simbol-simbol erotis. Tantra sering diidentikkan dengan ajaran kiri yang mengajarkan pemenuhan nafsu seksual, pembunuhan dan kepuasan makan daging. Padahal beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan; mabuk-mabukan, makan daging dan hubungan seksual sebagai sadhana dasar pantangan dalam meniti jalan tantra. Konsep ini berpangkal pada percakapan Devi Parwati dengan Deva Siva yang menguraikan turunnya Devi Durga ke Bumi pada zaman Kali untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku. Dalam beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Mulai saat itulah pada mulanya muncul istilah candi candikaghra’ untuk menamai bangunan suci sebagai tempat memuja Deva dan arwah yang telah suci. Peran Devi Durga dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku disebut kalimosada kali-maha-usada’ yang artinya Devi Durga adalah obat yang paling mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan misi beliau turun ke bumi disebut Kalika-Dharma. Menurut Maurice Winernitz, meskipun teks-teks kitab tantra tidak menunjukkan permusuhan secara nyata terhadap ayat-ayat atau ajaran Weda, namun menegaskan bahwa ajaran-ajaran Weda dianggap terlalu sulit untuk dipraktekkan oleh beberapa kalangan pengikut tantra. Karena Sumber http// ruangkumemajangkarya/11-07-2012’ Gambar Úiwa Lingga Yantra - Tantra alasan itulah, cara yang lebih mudah dan praktis diberikan dalam kitab-kitab tantra. Prinsip-prinsip Tantra terdapat dalam buku bernama Nigama, sedangkan praktek-prakteknya dalam buku Agama. Sebagian buku-buku kuno itu telah hilang dan sebagian lagi tak dapat dimengerti karena tertulis dalam tulisan rahasia untuk menjaga kerahasiaan tantra terhadap mereka yang tak memperoleh inisiasi. Setidaknya terdapat 64 jenis kitab yang memuat ajaran Tantrayana, antara lain Maha nirwana tantra, Kularnawa tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya tantra, Tantrasara, dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, praktek ajaran tantra dinyatakan selalu mewarnai kebudayaan dan keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan seperti; prasasti, candi dan arca-arca yang bercorak tantrisme. Kebanyakan isi kitab-kitab tantra masih dirahasiakan dari arti yang sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan teka-teki. Orang-orang Hindu, termasuk para sarjana besar pada umumnya tidak mendiskusikan Tantra. Berbeda dengan agama Hindu pada umumnya, sebagian dari tantra percaya kepada kenikmatan hidup material. Tidak seorangpun mengetahui secara tepat kapan ajaran tantra dimulai atau Maharsi siapa yang memulainya. Bukti menunjukkan bahwa tantrisme ada selama zaman Weda. Bahkan Sankara menyebut keberadaannya dalam bukunya Saundarya Lahari. Ada sekitar seratus delapan buku mengenai Tantra. Tantrisme dan Saktiisme hampir satu dan sama. Dalam Tantrisme, IstaDeva yang dipuja adalah Siwa-Sakti, kombinasi dari Siwa dan saktinya Parwati. Tantra adalah satu sistem dari praktek-praktek yang dipergunakan untuk meningkatkan spiritual. Ajaran terbaik dari tantra adalah pengetahuan mengenai energi kundalini yang luas yang belum dimanfaatkan di dalam tubuh manusia. Tantra juga melakukan penelitian mengenai ilmu kimia, astrologi, astronomi, palmistry “ilmu meramal melalui rajah tangan”, cosmologi “ilmu tentang alam semesta, awal perkembangan dan akhirnya” bahkan teori atom. Mantra-mantra Hindu yang ada sampai saat ini banyak bernafaskan ajaran tantra. Yantra dan bentuk-bentuk geometris yang dihubungkan dengan mantra, juga merupakan ajaran yang sama pentingnya dari tantra untuk kemanusiaan. Disepanjang Sushumna, ada tujuh pusat-pusat batin psychic centers’; mulai dari muladhara chakra. Elemen ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun mesti dipercaya berbentuk seperti bunga teratai dengan warna-warna yang berbeda dan masing-masing mengendalikan kegiatan dari organ indra yang berbeda. Muladhara Chakra berada pada dasar dari tulang belakang, memiliki empat daun bunga dan mengendalikan bau. Swadishthana Chakra berada pada dasar kelamin, memiliki enam daun bunga dan mengendalikan rasa. Manipura Chakra berposisi di seberang pusar, mempunyai sepuluh daun bunga dan mengendalikan pandangan. Anahata Chakra posisinya sejajar dengan hati, mempunyai dua-belas daun bunga dan mengendalikan sentuhan. Wisuddha Chakra berada pada jakun kerongkongan, memiliki enam belas daun bunga dan mengendalikan pendengaran. Ajna Chakra berkedudukan di antara alis, memiliki dua daun bunga dan mengendalikan pikiran. Sahasrara Chakra terletak di atas titik paling atas dari kepala, mempunyai seribu daun bunga. Seorang Yogi yang mendalami ajaran kundalini dengan memiliki posisi chakra seperti tersebut di atas dapat dinyatakan telah meperoleh kesadaran Kosmis’. Menurut Kitab-kitab Tantra, ada kekuatan hebat yang sangat rahasia di dalam tubuh manusia yang disebut kekuatan Kundalini atau kekuatan ular. Ia berbaring seperti seekor ular dalam gulungan atau bentuk yang tidak aktif pada dasar dari tulang belakang di Muladhara chakra. Tiga dari saraf yang paling penting dari tubuh manusia, Sushumna, Ida dan Pinggala, juga berawal dari titik yang sama disebut Muladhara chakra. Menurut Tantra, karena kekuatan yang hebat ini tetap tidur dormant’ selama kehidupan seseorang maka kebanyakan orang tidak menyadari keberadaannya. Dipercayai bahwa ketika manusia mengembangkan spiritualitas dengan meditasi atau latihan pranayama, kekuatan ini bangkit ke atas perlahan-lahan melalui saraf Sushumna. Bergeraknya ke atas secara perperlahan-lahan dari kekuatan Kundalini ini dikenal sebagai kebangkitan dari Kundalini. Kekuatan ini begerak ke atas secara perlahan-lahan dan mantap dalam satu garis lurus. Ketika melewati setiap pusat batin psychic center’ orang itu akan memiliki kendali penuh atas organ-organ indriyanya. Misalnya, bila ia mencapai Manipura Chakra di seberang pusar, orang itu akan mempunyai kendali penuh atas pandangan. Tidak ada Samadhi “persatuan dengan Tuhan” yang dapat dilakukan tanpa kebangkitan kekuatan kundalini. Dikatakan bahwa kekuatan kundalini melewati keenam chakra dan akhirnya bersatu dengan Sahasrara di atas “tiara, crown” dari kepala. Ketika ini terjadi orang tersebut telah mencapai kesadaran kosmis, bentuk tertinggi dari pengejawantahan Tuhan. Demikian makna tantra yang disebut-sebut sebagai bagian dari ajaran agama Hindu yang bersifat magis dapat dipahami oleh pengikutnya dilaksanakan dengan memanfaatkan yantra dan mantra. 2. Yantra Dalam kamus Sanskerta, kata Yantra memiliki arti mengikat, menyimpulkan sebuah peralatan, instrumen, mesin dan sebuah jimat Surada, 2007 257. Yantra umumnya berarti alat untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk penciptaan. Sifat dasar dari manusia dan binatang, seperti halnya para Dewata yang diekspresikan melalui yantra. Yantra adalah garis-garis lurus, lengkung yang dipadukan yang merupakan basis dari energi alam semesta yang merupakan perwujudan Dewata Titib, 2003469-470. Selain itu yantra adalah suatu lukisan geometri dari tipe tertentu yang mempunyai makna serta mempunyai bentuk yang berbeda-beda sehingga pada masing-masing bentuk memiliki setruktur dan komposisi dari suatu Deva tertentu Tim Penyusun, 19876. Yantra merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang dalam hal melakukan pemujaan serta persembahan kehadapan Tuhan. Yantra dilihat dari struktur memiliki bentuk yang beragam serta disusun sesuai dengan si penggunanya. Hal senada dijelaskan pula dalam kamus Jawa Kuno oleh L. Mardiwarsito dalam Wiana 2004189, kata yantra dinyatakan berasal dari bahasa sanskerta yang artinya sarana untuk memuja Deva, sedangkan dalam kamus Sanskerta-Indonesia, kata yantra diartikan harta kekayaan, bantuan, alat perlengkapan dan lain-lain. Yantra merupakan kebutuhan dasar untuk menggambarkan semua simbol-simbol, semua wujud suci, altar, pura dan mudra. Yantra dipergunakan dalam upacara pemujaan, Dewata dihadirkan dengan menggambar melalui yantra dan memanggil nama yang gaib. Yantra dapat diekspresikan ke dalam aspek internal dari Amatilah gambar berikut ini dengan baik dan benar, selanjutnya buatlah narasinya, paparkanlah di depan kelas-mu dengan bimbingan bapak/ ibu guru yang mengajarnya! Sumber Dokumen I N. Mudana/11-07-2013 Yantra dapat berbentuk diagram, dilukis atau dipahatkan di atas logam, kertas atau benda-benda lain dan disucikan seperti menyucikan pratima, kemudian dilakukan pemujaan melalui sarana yantra tersebut, seperti pemujaan melalui pratima, arca patung, dan sebagainya. Mantra yang berbeda digunakan untuk melakukan pemujaan yang berbeda, demikian pula halnya dengan penggunaan yantra-yantra. Menurut Ensiklopedi Hindu, yantra merupakan simbol seperti banten atau alat-alat upacara Tim Penyusun, 2011619. Yantra adalah segala bentuk dan wujud sarana, alat atau instrumen yang dipergunakan oleh seseorang yang telah suci pribadi, pemangku, pendeta atau sulinggih dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya. Selain itu, yantra lebih banyak mengejawantah ke dalam berbagai lambang-lambang atau simbol beserta peralatan, sarana dan prasarana ritual bersangkutan. Yantra adalah garis-garis lurus dan garis-garis lengkung yang dipadukan sedemikian rupa, yang merupakan basis dari energi dan alam semesta sebagai perwujudan dewata. “Yantra adalah wujudnya, mantra adalah jiwanya dan dewata adalah atma yang menghidupkannya. Perbedaan antara yantra dengan dewata adalah seperti halnya badan dan roh”. Yantra diyakini merupakan basis alami, atau kebenaran, indeogram daripadanya tulisan-tulisan muncul. Segala bentuk garis, titik, garis lurus, tanda tambah, lingkaran, segitiga dan sebagainya mengandung arti simbolis berhubungan dengan gerak alami. Hal ini dapat dikombinasikan lebih kompleks untuk menjadi gambaran kekuatan tertentu atau sifat wujud dalam beberapa aspek penciptaan. Tidak ada bentuk, tidak ada gerakan yang mungkin tidak direduksi melalui pertolongan yantra dengan analisis yang benar dan penggambaran kekuatan penciptaan dari alam semesta yang kita sebut sebagai yang suci. Yantra walaupun digambarkan di atas lembaran sebagai suatu yang menumbuhkan kesan bentuk tiga dimensi merupakan wujud dari yantra. Bentuk yantra tiga dimensi itu sendiri sebagai wujud bayangan yang statis dalam gerak, berkombinasi dengan kekuatan hidup yang menggambarkan Dewata tertentu. Yantra merupakan kebutuhan dasar untuk menggambarkan semua simbol-simbol, semua wujud suci, semua arca, semua bangunan suci, altar, pura dan mudra. Yantra digunakan dalam upacara pemujaan pada umumnya, dewata dihadirkan dengan menggambarkan melalui yantra dan memanggil nama yang gaib. Yantra dapat diekspresikan ke dalam aspek internal dari setiap bentuk ciptaan. Sifat alami manusia dan binatang-binatang, seperti halnya Deva-Deva dapat diekspresikan melalui yantra. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk penciptaan. Sifat dasar manusia dan binatang, seperti halnya para dewata dapat diekspresikan melalui yantra. “di dunia ini terdapat yantra yang tidak terhitung jumlahnya. Setiap bentuk adalah yantra, setiap daun adalah yantra, setiap bunga adalah yantra, melalui bentuk, warna, bau harum, dan sebagainya, semua menjelaskan kepada kita cerita tentang penciptaan” Danielou. 1964. Yantra, umumnya berarti alat untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan, Yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Dalam Yogini Tantra dikatakan bahwa Devi harus dipuja di dalam pratima, mandala atau yantra. Pada tingkat tertentu, kemajuan spiritual sadhaka diperkenankan memusatkan baktinya melalui yantra. Siddha-yogi di dalam proses pemujaan internal yang dilakukannya antarpuja memulainya dengan melakukan pemujaan melalui yantra, yang merupakan perlambang dari Brahma-vijnana. Sebagaimana halnya mantra adalah lambang dari perwujudan dewata. Dinamakan yantra karena sarana itu juga mencegah timbulnya ni-yantrana nafsu, kemarahan, dan kekeruhan lain dari jiwa dan mencegah penderitaan yang diakibatkan oleh kekeruhan jiwa tersebut. Yantra biasanya berbentuk diagram, di lukis atau dipahatkan di atas logam, kertas atau benda-benda yang lain, dan disucikan seperti menyucikan pratima, kemudian dilakukan pemujaan melalui sarana yantra tersebut, seperti pemujaaan melalui pratima, arca patung dan sebagainya. Mantra yang berbeda digunakan untuk melakukan pemujaan yang berbeda, demikian pula halnya dengan penggunaan yantra-yantra itu. Terdapat berbagai jenis lukisan di dalam yantra, tergantung dari tujuan pemujaan Avalon, 1997 93. Demikian sehingga dalam waktu singkat makna yantra sebagai simbol sesuatu yang dikenakan oleh setiap pemakai dapat dirasakan hasilnya. 3. Mantra Ya indra sasty-avrato anuṣvāpam-adevayuá, svaiá sa evair mumurat poṣyam rayiṁ sanutar dhei taṁ tataá. Terjemahannya; Tuhan Yang Maha Esa, orang yang tidak beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah lamban dan mengantuk, mati oleh perbuatannya sendiri. Berikanlah semua kekayaan yang dikumpulkan oleh orang semacam itu, kepada orang lain’ Ågveda VIII. Kata mantra
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 213034 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7dea12ba76b903 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
manfaat tantra yantra dan mantra